Sila dapatkan macam2 bedak sejuk disini.
Bedak sejuk muntah belut
Bedak sejuk benang sila ( putih atau ungu )
Bedak sejuk penawar sila
Bedak sejuk beras titik biasa
Bedak sejuk beras titik campur pati aloe vera
Bedak sejuk beras titik campur air gamat
Bedak Arab
Bedak Tanaka
Tak perlu rungsing2 mencari bedak2 sejuk ni. DISINI ADA ...
Tunggu je selepas buat pesanan, pasti akan sampai
ke alamat di beri, insyallah.
****************************************************
SAMA2 TERUSKAN KITA BERDOA UNTUK MH370...
MARI KITA SAMA2 PERTINGKATKAN AMALAN SOLEH DI
BULAN REJAB 1435 H.
***************************************************
Siapakah sebenarnya wanita yang pertama akan masuk syurga
sebelum Fatimah binti Rasulullah sa.w
Dalam sebuah hadis menceritakan, antara kegemaran Rasulullah
adalah suka bergurau yang sopan untuk memberi pengajaran.
Suatu hari ketika Rasulullah sedang melayani puteri kesayangannya,
Fatimah, baginda bersabda, “Wahai anakandaku! Ketahuilah
olehmu bahawa ada seorang perempuan kebanyakan akan masuk
syurga terlebih dahulu daripadamu.”
Mendengar kata-kata ayahandanya, serta merta berubahlah air
muka Fatimah. Bertanya dia kepada baginda sambil menangis,
“Siapakah perempuan itu wahai ayahanda, bagaimana keadaannya
dan bagaimana pula amal ibadatnya sehingga dia terlebih dahulu
masuk syurga daripada anakanda? Khabarkanlah di mana dia
sekarang, anakanda mau jumpa dia.”
Lalu Rasulullah menjelaskan, “Dia adalah seorang wanita yang
miskin, tinggal di sebuah kampung kawasan pedalaman dekat
Jabal Uhud, kira-kira 3 mil dari Kota Madinah. Nama Perempuan
itu ialah Muthi'ah.”
Tanpa membuang waktu, setelah mendapat keizinan ayahandanya,
Fatimah pun keluar mencari perempuan yang dikatakan oleh
Rasulullah itu.
Setelah bertanya kepada penduduk setempat, banyak yang tidak
tahu dan mengenali perempuan bernama Muthi'ah ini. Dia bukan
perempuan yang terkenal. Masing-masing mengatakan tidak
pernah mendengar dan tidak mengetahui hal perempuan ini.
Setelah berbagai usaha mencarinya, dengan izin Allah, akhirnya
berjumpalah Fatimah dengan rumah perempuan yang dimaksudkan
itu. Rumah Muthi'ah berada di kawasan pedalaman, jauh daripada
orang. Mungkin sebab itulah susah mencarinya.
Setelah memberi salam dan beberapa kali mengetuk pintu, hanya
suara saja kedengaran menjawab salam dari dalam sedangkan
orangnya belum juga muncul. Setelah agak lama Fatimah
menunggu, penghuni rumah itu pun menjenguk di jendela, sambil
bertanya siapakah gerangan di luar dan apakah hajat kedatangannya.
Dia tidak mempersilakan tetamunya itu masuk. Mereka hanya
bercakap melalui jendela saja.
Fatimah memperkenalkan dirinya: “Saya Fatimah binti Rasulullah,
datang kemari karena hendak berjumpa dan berkenalan dengan
kamu.”
Mendengar tetamu yang datang itu ialah anakanda Rasulullah,
maka perempuan itu menjawab: “Terima kasih karena datang
ke rumah saya, tetapi saya tidak dapat mengizinkan kamu masuk
kerana suami saya tidak ada di rumah. Nanti saya minta izin dulu
apabila dia balik dari bekerja. Silakan datang esok hari sajalah.”
Dengan langkah yang amat berat, Fatimah pulang dengan perasaan
yang sangat hampa karena tidak dapat berbincang panjang dan
mengorek rahsia amalannya.
Keesokannya, Fatimah datang lagi bersama-sama anaknya, Hasan.
Segera setelah sampai dia memberi salam dan perempuan itu pun
terus membuka pintu karena dia sudah mengetahui tetamu yang
datang itu ialah Fatimah.
Apabila hendak mempersilakan masuk, tiba-tiba dia terlihat ada
seorang anak kecil bersama-sama Fatimah lalu dia bertanya:
“Fatimah, ini siapa?”
"Anak saya, Hasan,” sahut Fatimah.
Perempuan itu berkata, “Saya bersedih karena saya belum minta
izin dari suami saya. Yang diizinkan hanyalah Fatimah seorang.
Oleh itu saya perlu minta izin dahulu dari suami lagi. Silalah datang
esok hari saja.”
Fatimah jadi serba salah. Akhirnya setelah berfikir panjang lebar, dia
pun ambil keputusan untuk balik.
Keesokan harinya, Fatimah datang pula dengan membawa kedua-dua
anaknya iaitu Hasan dan Husin. Setelah memberi salam, mereka segera disambut oleh penghuni rumah itu.
“Fatimah dengan Hasankah?” Tanya perempuan itu minta kepastian.
Jawab Fatimah, “Kami datang bertiga karena anak saya yang satu
ini (Husin) mau ikut juga.”
“Fatimah, saya rasa bersedih lagi karena anak yang satu ini
(Husin) belum saya minta izin dari suami saya. Silakan datang esok
hari,” tegas perempuan itu.
Mendengarkan kata-kata itu, Fatimah tersipu-sipu menyahut, “Baiklah
kalau begitu esok saya datang lagi kemari.”
Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, hatinya berkata-kata :
“Perempuan ini takut benar akan suaminya, sehingga perkara
yang sekecil begini pun dia tidak berani melakukannya. Jika dia
benarkan aku masuk, takkanlah suaminya marah. Tak usahlah
pandang aku ini siapa, anak siapa dan dua budak ini cucu siapa,
pandanglah (hormatilah) aku ini sebagai tetamu yang datang dari
jauh saja sudahlah,” bisik hatinya, kesal.
Dalam pada itu, sebaik-baik sahaja suaminya pulang, perempuan
itu pun memberitahu tentang budak yang satu lagi ini. Suaminya
terkejut dan hairan, “Kenapa engkau ragu sekali? Bukankah
Fatimah itu puteri Rasulullah dan dua orang anaknya itu adalah
cucu baginda? Lebih daripada itu pun engkau pantas benarkan
karena keselamatan kita berdua kelak bergantung kepada keredhaan Rasulullah. Jangan sekali-kali engkau buat seperti itu lagi. Jika
mereka datang lagi ke mari dengan membawa apa pun dan siapa
pun, terimalah dengan baik, dan engkau hormatilah mereka semua sebagaimana yang pantas bagi darjat mereka.”
Sahut perempuan itu, “Baiklah, tetapi ampunkanlah kesalahan
saya kerana saya mengerti bahawa apa yang saya tahu, keselamatan
diri saya juga bergantung pada keredhaan suamiku. Oleh itu, saya
tidak berani membuat perkara yang akan membawa kemarahan atau
menyakiti hati suamiku.”
“Terima kasih,” sahut suaminya. “Tapi takkanlah pula sampai engkau
tidak menerima tetamu perempuan melainkan dengan izin aku, karena menghormati tetamu perempuan itu wajib pada adat dan agama kita.”
Pada hari berikutnya, Sayyidatuna Fatimah pun datang seperti yang
dijanjikan dengan membawa dua orang puteranya itu. Setelah
dijemput masuk dan dijamu dengan sedikit buah kurma dan air,
mereka pun berkenalanlah serta memulakan perbincangan.
Pertanyaan Fatimah banyak berkisar mengenai rahasia amal ibadat
yang menjadi penyebab Muthi'ah menjadi wanita pertama masuk
syurga menurut ayahandanya. Setelah memperkenalkan dirinya,
Muthi'ah menjawab semua pertanyaan Fatimah dengan ikhlas.
Katanya, “Tingkah laku saya biasa saja, tidak ada yang istimewa,
amal ibadat pun biasa saja, malah Rasulullah lebih mengetahui akan segalanya. Saya hanya menuruti apa yang dianjurkan oleh baginda
dalam hal kewajiban saya sebagai isteri.
Antaranya:
1. Saya tidak boleh meninggalkan rumah jika suami saya keluar
bekerja.
2. Saya tidak boleh menerima tamu (terutama lelaki) jika tiada
keizinan suami.
3. Saya tidak akan berkeluh-kesah jika suami tidak mempunyai harta.
4. Saya berusaha agar suami saya senang dan cinta kepada saya.
5. Saya tidak cepat-cepat cemburu.
6. Saling mengerti dan menghargai antara kami berdua.
Soal berhias dan berdandan, menurut Mith'iah, dia hanya mengutamakan kecantikannya untuk suami, bukan untuk ditonton dan diperagakan
kepada orang lain.
Sebagian riwayat menyatakan, Muth'iah mundar-mandir berjalan
ke pintu rumahnya sambil memandang ke jalan seolah-olah sedang menantikan seseorang. Dia seolah-olah tidak begitu mempedulikan
Fatimah.
Di tangannya terdapat tongkat dan sebuah wadah berisi air, manakala
tangan sebelah lagi mengangkat ujung kainnya sehingga menampakkan
betis dan sedikit bahagian pahanya. Wajahnya manis dengan senyuman.
Melihat keadaan Muth'iah yang agak aneh, Fatimah merasa gelisah
karena dia rasa tidak dipedulikan.
Fatimah bertanya: “Mengapa begini?”
Sahut Muth'iah: “Fatimah, harap maafkan saya karena saya sedang menantikan suami saya pulang.”
“Mengapa ada wadah air itu?” Tanya Sayyidatuna Fatimah. Jawab
Muthi'ah jujur: “Kiranya suami saya dahaga pada ketika dia balik
dari kerja, saya akan segera memberikan air ini kepadanya supaya
tidak terlambat. Jika terlambat nanti dia akan marah kepada saya.”
Fatimah bertanya lagi: “Mengapa dengan rotan ini?” Jawab Muthi'ah,
“Jika suami saya marah atau kurang layanan dari saya, mudahlah
dia memukul saya dengan rotan ini.”
Kemudian Fatimah bertanya, “Mengapa diangkat kain sehingga
menampakkan paha, bukankah itu tidak elok?” Maka Muthi'ah
menjawab, “Jika dia berkehendakkan saya, lalu dia pandang saya
begini, tentulah akan menambahkan nafsu syahwatnya dan
memudahkan akan maksud hajatnya itu.”
Fatimah termenung lalu berkata dalam hatinya: “Jika beginilah
kelakuan dan perangainya terhadap suami, tidak dapatlah aku
mengikutnya. Wajarlah menurut ayahanda, dia terlebih dahulu
masuk syurga daripada aku. Ternyata benarlah bahawa keselamatan
wanita yang telah bersuami itu bergantung kepada ketaatan dan
keredhaan suami terhadapnya.”
Fatimah minta diri. Dia terus pulang menghadap ayahandanya dan menceritakan segala yang berlaku.
“Wahai anakandaku, itulah rahasianya mengapa Muthi'ah wanita
pertama masuk syurga,” kata baginda kepada Fatimah.
Dalam muram dan seakan-akan merajuk, Fatimah menjawab,
“Anakanda tidak dapat meniru perangai dan amalan Muthi'ah.”
Melihat rintihan puterinya itu, Rasululah tersenyum sambil
berkata, “Wahai anakandaku, janganlah anakanda susah hati.
Perempuan yang anakanda jumpa itu (Muthi'ah) ialah perempuan
yang akan memimpin dan memegang tali tunggangan anakanda
tatkala anakanda masuk syurga nanti. Jadi dialah yang akan masuk
terlebih dahulu daripada anakanda.”
Setelah mendengar penjelasan ayahandanya itu, barulah nampak
Fatimah mulai gembira dan tersenyum.
Begitulah ganjaran yang Allah berikan kepada Muthi'ah. Semoga
amalan yang dilakukannya itu sedikit sebanyak akan menjadi
panduan dan dorongan kepada wanita-wanita terutama bagi
mereka yang sudah berumahtangga.
Sunday, May 18, 2014
SIAPAKAH WANITA PERTAMA MASUK SYURGA DAN APAKAN AMALANNYA..
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komen:
Post a Comment